Upacara Adat Ruwat Bumi

Upacara Adat Ruwatan Bumi merupakan salah satu tradisi masyarakat jawa yang sampai sekarang masih sering dilakukan oleh sebagaian masyarakat jawa. Upacara adat ruwat bimi biasanya dilaksanakan pada bulan Muharam (Hijriyah) atau bulan Sura dalam kalender jawa. Upacara adat adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu menurut adat, biasanya rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan sehubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia

Upacara adat merupakan tradisi yang mengajarkan agar kita sebagai manusia berbudaya ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian alam seisinya, ikut meningkatkan harkat dan martabat manusi adalam berbagai upaya, turut membina kerukunan bermasyarakat, berdasarkan keyakinan bahwa upaya dan tindakannya sesuai dengan hukum adi kodrati yang berlaku bagi setiap umat

Kata ruwatan berasal dari kata ruwat, artinya bebas, lepas. Kata mangruwat atau ngruwat artinya membebaskan, melepaskan. Ruwatan bumi merupakan serangkaian prosesi adat yang dilakukan dengan sarana memberikan sedekah hasil bumi sebagai upaya agar terhindar dari malapetaka. Upacara adat ruwatan bumi biasanya dilaksanakan setiap satu tahun sekali karena berapa dorongan diantaranya sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan syukur kepada Dewi Sri sebagai perantara sang pencipta alam atas hasil bumi. Disisi lain upacara adat ruwatan bumi juga memiliki fungsi sebagai pengingat kepada generasi muda tentang warisan kebudayaan dari leluhur yang didalamnya memiliki makna serta membangun hubungan kekeluargaan dan kebersamaan antara masyarakat.

Upacara Ruwat Bumi biasanya merupakan kombinasi dari bermacam upacara seperti berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, dan menyanyi, berprosesi, berseni drama suci, berpuasa, bertapa, dan bersemadi.setiap unsur yang terkandung dalam rangkaian ruwat bumi diadakan sebagai syarat atau perlengkapan disetiap penyelenggaraan upacara adat ruwat bumi

setiap prosesi kegiatan maupun perlengkapan yang digunakan juga memiliki nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya. Seperti halnya dalam prosesi upacara adat ruwatan bumi, yaitu :

1. Sesajen

Sesajen berarti sesajian yang memiliki makna bahwa kita harus selalu hormat kepada nenek moyang dengan cara memberikan persembahan

2. Slametan

Berasal dari bahasa Jawa slamet yaitu permohonan keselamatan dalam kehidupan dengan cara do’a yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Sang pencipta.

3. Siraman

Pengertian siraman atau menyiramkan air ke tubuh yang memiliki nilai yaitu agar kita tersucikan dari dosa kehidupan. Airnya juga diberi bunga tujuh rupa agar harum, dalam artian segala amal perbuatan kita harus selalu baik

4. Kirab sedekah bumi

Melaksanakan kirab atau ritual jalan kaki beriringan dengan membawa gunungan dua macam yang dinamakan gunungan kakung dan gunungan estri, gunungan kakung yang berisi nasi tumpeng dan lauk pauk sedangkan gunungan estri yang berisi hasil bumi. Hasil bumi dan lauk pauk ini memiliki nilai bahwa kita harus bekerja keras dalam kehidupan kita sehari-hari.

5. Pagelaran wayang ruwat.

Pagelaran wayang adalah merupakan prosesi penutup upacara adat ruwatan bumi, Biasanya menggunakan Dalang khusus ruwat dan alur cerita yang ada pun adalah khusus ruwat.

Selain nilai-nilai filosofi yang terkandung secara umum dalam upacara adat ruwatan bumi beserta prosesinya, dalam hal ini ada nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam perlengkapan maupun alatyang digunakan didalamnya, seperti :

1. Buceng

Berasal dari dua suku kata yaitu mlebu kenceng artinya jika seseorang telah mencari rejeki dengan susah payah, maka dia harus mampu berhemat dan tidak menghambur-hamburkan hartanya itu.

2. Tumpeng

Singkatan dari metu sing mempeng atau keluar dengan rajin artinya bahwa kita sebagai manusia harus rajin dan tekun dalam bekerja.

3. Gunungan estri

Tumpeng dan lauk-pauknya, yang memiliki nilai filosofis bahwa seorang perempuan harus tahu tugas dan kewajibannya dalam rumah tangga seperti memasak.

4. Gunungan Jaler

Gunungan yang berisi hasil bumi yang memiliki nilai filosofi bahwa laki-laki haruslah bertanggung jawab menafkahi istrinya.

5. Pitung pasang dalam siraman

Pitung atau pitu yang memiliki nilai filosofis agar warga desa senantiasa mendapat pitulungan dari yang Tuhan Yang Kuasa.

Selain makna atau nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya, upacara adat ruwatan bumi juga memiliki fungsi yaitu nguri-nguri budoyo jawi atau melestarikan budaya Jawa ditengah era globalisasi seperti saat ini, suatu budaya yang merupakan warisan nenek moyang kita yang telah dijalankan secara turun temurun sehingga tidak akan pudar disaat jaman semakin maju dan masyarakat lebih banyak berfikiran logis.


Pustaka : Upacara Adat Ruwatan Bumi Karya Ilham Abadi dan Soebijantoro

Camat Kejobong, Forkompimcam dan Tokoh Masyarakat menghadiri Acara Puncak Ruwat Bumi
di Desa Langgar Kecamatan Kejobong